Cerpen : Pelangi di Hati

Rintik hujan mulai jatuh dari angkasa, mendung yang sedari tadi menggelayut di langit Semarang berubah menjadi gerimis. Widuri duduk termenung, menatap rintik hujan dari balik jendela kamarnya. Ia menghela nafas seolah ingin melepas segala permasalahan dirinya. Ingatannya melayang pada kejadian tadi pagi di bangku taman sekolah.
“Wid, aku pengin kita mengakhiri hubungan kita.” Kata Hilman kakak kelas yang sudah beberapa bulan menjadi tambatan hatinya. Perkataan Hilman yang tiba-tiba itu bagaikan sebuah petir di siang bolong.
“Tapi mas, apa salahku? Apa aku kurang sempurna di matamu?” Tanya Widuri terisak.
“Kamu tidak pernah berbuat salah padaku, tapi kamu terlalu baik bagiku Wid. Terus terang, selama beberapa bulan bersamamu, aku merasa sulit menghapus bayang Rieta mantanku sebelum kamu.
Kemarin, dia mengajaku untuk balikan. Dia menyesal sudah putus denganku. “ Jawab Hilman tanpa berani memandang Widuri.
“Jadi mas anggap aku sebagai pelarian aja?
Mengapa dari dulu mas tidak pernah cerita hal itu padaku .” Teriak Widuri . Ia pun bangkit, dan menghambur menuju kelasnya sambil menahan tangis. Hilman hanya bisa memandang kepergian Widuri.
“Mas Hilman, mengapa mas tega padaku?” Batin Widuri sakit.
Di kelas, Widuri hanya melamun, ”Heiii, ngelamun aja nih non, entar kesambet setan biar tahu rasa lho!.” kaget Nurul sobat kental Widuri dari kecil. ”Cerita deh, biasanya kalau kamu lagi kayak gini pasti kamu ada masalah.
Siapa tahu aku bisa kasih solusi buat kamu.” Widuri hanya tersenyum simpul. Perlahan, ia menceritakan kejadian yang menyakitkan itu pada Nurul sambil terisak. Nurul pun paham. “Wid, saranku lupakan Hilman.Cowok di dunia ini tidak hanya dia seorang. Kamu tuh cantik dan pintar, tak sulit rasanya mencari pengganti Hilman.” kata Nurul sambil mengusap air mata yang menetas di pipi Widuri. .
“Tapi, apa aku bisa melupakan mas Hilman? “ Tanyanya gamang
“Kamu pasti bisa.” Yakin Nurul sambil memeluk sahabatnya.
Tretttttttt, bel pulang sekolah berbunyi. Widuri bergegas bersiap-siap pulang.
”Eh, Wid kamu jadi kan berangkat latihan nari nanti sore?” Ingat Nurul.
“Ya, nanti ketemuan di sanggar tari ya.” Jawab Widuri.
Mereka pun berpisah di gerbang sekolah. Ketika dia menunggu bis di halte depan sekolah, sekilas ia melihat Hilman memboncengkan Rieta naik ninja kesayangannya. “Aku pasti bisa lupakan dia” Mantap Widuri dalam hati .
Sore itu Widuri datang ke sanggar, seperti biasa ia mulai berlatih bersama rombongan teman-temannya. Kali ini, saat berlatih menari Bedaya sendiri ia menangkap sesosok pemuda yang kagum atas tariannya. “Siapa sih dia” Batin Widuri.
Tiba-tiba Si pemuda mengeluarkan Handycam dari tasnya dan mulai merekam. Widuri pun jadi tak konsen menari . Setelah menari, Si pemuda menghampirinya “Bagus banget tarian kamu tadi.” Pujinya. Widuri pun tersipu malu “Terimakasih.” Kata Widuri .
Mereka berdua berkenalan dan mulai saling mengobrol. Widuri akhirnya tahu nama cowok itu adalah Reva, ia teman kuliah Yoga anak pemilik sanggar yang kuliah di Jakarta. “ Kalau kamu tak berkeberatan, bolehkah aku merekam tarianmu?” Tanyanya “Tentu saja boleh.” jawab Widuri.
Sejak perkenalan itu, Reva mulai dekat dengan Widuri. Widuri pun mampu melupakan sejenak rasa sakit di hatinya.
Beberapa hari kemudian, Reva mulai rajin berkirim SMS dan meneleponnya. Hari itu, sepulang sekolah Widuri kaget setengah mati. Tiba-tiba, Reva menjemputnya di sekolah tanpa meminta izin padanya. Nurul yang tahu cerita kedekatan Widuri dengan Reva , hanya bisa terkekeh saat Widuri dibonceng naik Vespa pinjaman Reva dari Yoga. Kali ini ia ingin mengajak Widuri berkeliling kawasan Kota Lama Semarang. Berbekal kamera, ia menginginkan mengambil sejumlah shoot. Setelah memarkir Vespanya, mereka turun. Reva sudah asik mengambil sejumlah shoot menarik. Widuri menemani di sampingnya dengan senang hati, kali ini Reva dengan sengaja memfoto Widuri saat termenung menikmati senja di bangunan tua Kota Lama Semarang.
“Revaaaaaaaaaa, ngapain kamu?” Sewot Widuri.
Mereka pun memperebutkan kamera itu.
“ Hapus gak.” pinta Widuri setengah manyun.
Sang surya pun mulai berarak ke peraduannya. Reva mengantarnya pulang, seusai mentraktir makan di warung lesehan. Setelah sampai di depan rumah Widuri, Reva mulai berkata untuk mencairkan suasana
“ Wid, bulan depan aku mau balik ke Jakarta.
Sebelum itu ada yang mau aku omongin. Beberapa bulan ini, baru ku tahu aku menyimpan perasaan padamu. Tapi, aku malu mengatakannya padamu. Baru sekarang aku berani mengatakannya”m kata Reva.
Maukah engkau, menjadi pelangi yang mewarnai hari-hariku?” Tanya Reva sambil mengenggam tangan Widuri dan mengecupnya.
“Aku belum bisa kasih jawaban sekarang Rev .” Jawab Widuri setengah gamang.
“Sulit rasanya bagiku melakoni gaya pacaran jarak jauh. Lagipula ini terlalu cepat buatku ” Jelas Widuri sambil menarik tangannya dari gengaman Reva.
“ Baiklah, aku akan menunggu jawabanmu.” Harap Reva.
Widuri bergegas turun dari vespa dan masuk ke dalam rumah. Hubungan Widuri dan Reva, semakin dekat. Setiap malam sebelum tidur Reva menelepon Widuri dan berkata. “Have a nice dream, I am still waiting.”
Dan setiap pagi, sekuntum mawar putih dari Reva datang padanya. Di kartu ucapannya ia selalu menulis
“Selamat Pagi Cinta. I am still waiting.”
“Duh, aku harus gimana donk Rul?” Lapor Widuri.
”Emmm, menurutku kalau kamu suka padanya nyatakan sebelum terlambat. Entar kamu nyesel lho.” Saran Nurul
“Kamu gak mau kan, ngalami patah hati untuk kedua kali?
Sekarang jujur padaku, kamu suka kan ma Reva?” Tanya Nurul.
“Entahlah, aku bingung Rul. Di satu sisi, aku masih berharap mas Hilman akan kembali kepadaku tetapi di sisi yang lain relung hati yang sempat kosong kembali terisi oleh kehangatan Reva.”
Hari ini adalah ulang tahun Widuri yang ke 17, Reva membuatkan suatu surprise bagi Widuri ia mengajak Widuri menikmati Indahnya panorama Rawa Pening. Hawa sejuk terasa, saat mereka duduk di bangku taman Bukit Cinta di depan mereka terhampar pemandangan Rawa Pening dan Gunung Ungaran , Reva kembali menyatakan perasaan cintanya “Wid, aku sayang padamu. Maukah kamu jadi pelangi di hatiku?” Tanya Reva menunggu kepastian.
Widuri bingung harus ngomong apa
“Maaf Rev, aku belum siap kasih jawaban sekarang.
Aku masih gamang. Kamu gak marah kan?” Jawab Widuri terbata-bata,
“Gak papa, aku akan sabar menanti jawaban darimu.” Jawab Reva

“ Ini untukmu sebagai hadiah ulang tahun dariku.” Kata Reva sambil mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya.
“ Apa ini Reva?” Tanya Widuri, ia pun segera membuka bungkusan itu. Widuri tertegun, sebuah kotak musik klasik yang di dalamnya ada kalung berukirkan namanya diberikan Reva padanya.
“Reva, makasih” Sahut Widuri lirih.
Esok harinya, Reva menjemput Widuri. Kali ini ia melihat Widuri sedang berbicara pada seorang cowok. Tanpa sengaja, ia mendengar pembicaraan itu.
“Wid, aku nyesel putusin kamu.
Ternyata Rieta lebih memilih cowok lain yang lebih kaya dan tajir daripada aku.” Kata Hilman memelas sambil memegangi tangan widuri
“ Aku pengin kita balikan kayak dulu.” Harapnya.
“Tapi, mas Hilman, aku…”
Ketika Widuri belum sempat melanjutkan jawabannya, ia melihat sesosok Reva yang terpaku melihat kejadian itu. “ Reva., tunggu” Teriak Widuri tertahan.
Reva bergegas menstater Vespanya dan meninggalkan Widuri, yang hanya bisa terpaku menatap kepergiannya
Beberapa hari kemudian, Reva sudah jarang menelepon dan mengiriminya sms dan bunga. Di kamar Widuri termenung memikirkan Reva, baru kali ini dia yakin atas perasaannya. “Reva, aku mau menjadi pelangi hatimu.” Batin Widuri.
Tiba-tiba, Ibu Widuri masuk ke kamarnya dan memberitahu dirinya bahwa ada seorang cowok ingin menemuinnya.“ Reva ada apa?” Kata Widuri saat melihat kedatangan Reva
“Halo, Wid aku cuma mau pamit. Dan kasih hasil foto kamu. Nih!” Ucap Reva tanpa berani memandang Widuri.
” Terimakasih sudah menemani aku selama di Semarang.” Reva pun bergegas pamit pulang.
Saat Reva akan menutup gerbang rumah, tiba-tiba Widuri datang memeluknya dari belakang. “Rev, aku juga menyimpan perasaan padamu. Itulah jawabanku atas pertanyaanmu kemarin.
Masalah mas Hilman , aku sudah tak ada hubungan lagi.” Jelas Widuri
“ Terimakasih Widuri, kamu telah mau menjadi pelangi yang akan mewarnai hidupku dari jarak jauh.” Kata Reva.
“ Aku akan terus menyayangimu, walaupun jauhnya antara Jakarta – Semarang.”
Besok siangnya, Widuri mengantar Reva pulang ke Jakarta naik kereta dari Stasiun Tawang.“ Wid, aku janji akan sering berkirim kabar padamu, dan main ke sini.
Tunggulah aku.” Janji Reva.
“Rev, aku akan menunggu janjimu.” Sahut Widuri.
Lalu, Reva mengecup kening Widuri sambil berkata ”Jaga dirimu”.
Reva akhirnya masuk ke dalam kereta yang perlahan berjalan dan membawanya pulang ke Jakarta. Widuri hanya bisa melihat kepergian kekasihnya dari balik peron dan melambaikan tangannya.

0 komentar:

Posting Komentar