Kasihku Padamu

Ibu . . .
dari sebrang benuamu,
kulafalkan lantunan serangkaian doa untukmu
hari ini
teringat satu proses yang tengah kau alami
ketika jerih payah, pengorbanan, kesakitanmu
bahkan nyawamu sedang kau pertaruhkan
sesaat sebelum bayi perempuan mungil kecil
kau lahirkan dari rahimmu

Ibu . . .
Waktu demi waktu telah berlalu
belum ada yang bisa kupersembahkan untukmu
sebagai satu tanda kasih
yang membuatmu tersenyum gembira, haru, dan bahagia

Ternyata . . .
kutelah lelah mencari dan lelah mengejar 'tuk menggapai harapanmu
bukan saja harapanmu, --tetapi juga harapanku
adik-adikku, juga ayah
yang akhirnya terhenti di satu titik jalan buntu,
kutau, ada seberkas titik-titik kecewa di hatimu, Bunda

Maafkan aku
tlah merusak semua asamu
yang dulu pernah kau lisankan padaku

Maafkan aku, Ibu
Biarkan namamu senantiasa terucap dalam doa-doaku padaNYA.

Waktu Ibarat Pedang

                                   Waktu Ibarat Pedang

Waktu itu diibaratkan sebagai pedang. Seseorang yang telah menggunakannya harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak, waktu itu akan melukai diri kita sendiri, seperti pada pedang yang tajam.  
Waktu berlalu sangat cepat dan tidak akan kembali lagi. la adalah harta milik manusia yang paling mahal. Ia bukanlah semahal emas atau uang seperti dikatakan Orang Barat. la lebih mahal semua itu.
Waktu adalah kehidupan kita. Menyia-nyiakan waktu sama dengan membunuh diri secara perlahan. Bila waktunya habis, kita akan mati. Seperti halnya pada perkataan Hasan AI Basri, “Waktu hanyalah himpunan hari-hari yang terbilang. Bila sebagian hari telah pergi, maka ia akan lenyap semuanya.”
Di antara sebab kekalahan dan kemunduran umat Islam saat ini adalah kurangnya menghargai waktu. Mereka kurang bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Mengapa umat Islam terdahulu menggapai kemenangan di segala bidang kehidupan duniawi? Mereka.sangat menjunjung tinggi nilai waktu. Mereka mengetahui bahwa menghargai waktu bagi Muslim merupakan kewajiban yang didasari akidah bahwa semua umur kita akan dihisab.
Agar kita tidak celaka saat dihisab, kita harus membagi waktu sesuai arahan Rasulullah SAW. Dalam kitab Al_Qur’an disebutkan, “Orang yang berakal hendaknya membagi waktunya menjadi empat. Waktu untuk bermunajat kepada Rabbi-nya, waktu untuk melakukan introspeksi diri, waktu untuk merenungi ciptaan Allah SWT, serta waktu untuk keperluan makan dan minum.”
Berdasar hadis tersebut, setiap Muslim yang ingin menyiapkan diri menghadapi hisab, wajib membagi waktunya dalam empat hal. Pertama, waktu untuk bermunajat. Saat munajat, kita harus senantiasa meneliti kembali apakah yang kita lakukan ikhlas karena Allah SWT atau tidak.
Kedua, waktu untuk introspeksi. Setiap selesai berbuat sesuatu atau minimal saat menjelang tidur, sebaiknya kita melakukan introspeksi. Apakah kita sudah melaksanakan semua kewajiban? Apakah pelaksanaan kewajiban itu sudah sempurna sesuai syarat dan rukunnya? Apakah semua pekerjaan dan amal ibadah kita dilakukan dengan ikhlas?
Ketiga, waktu untuk merenungi semua ciptaan Allah SWT. Renungan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan keimanan kita. Dengan demikian, kita akan lebih mengetahui kekuasaan Allah SWT dan keagungan-Nya.
Keempat, waktu untuk memenuhi kebutuhan duniawi seperti untuk mencari nafkah, makan, minum, dan mengurusi keluarga. Kita adalah makhluk yang terdiri atas unsur materi dan rohani dengan komposisi yang seimbang. Unsur rohani memerlukan makanan dari apa yang diturunkan Allah SWT berupa agama-Nya. Sedangkan unsur materi berasal dari tanah, air, juga udara, maka ia memerlukan makanan dan minuman yang semuanya berasal dari saripati tanah.
Sebagai seorang muslim yang hakiki, kita hendaknya membagi waktunya secara proporsional (sebaik-baiknya) untuk empat hal tersebut, agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Menunggu Sang Waktu

Terlalu lama aku di sini
Entah sampai kapan aku menanti
Menanti Cinta mekar di hati
Menanti waktu untuk bertemu
Mengapa aku semakin tak mampu
Sedangkan waktu tak mau menugguku
Cobalah engkau menerka hati ini
Kepada siapa hati ini ku beri
Mungkinkah sang waktu menghukumku
Meninggalkanku selalu menunggu
Hingga kau kelelahan
Karena terlalu lama bertahan
Cobalah katakan padaku
Agar bisa aku menggapai sang waktu
Agar bisa aku merengkuhmu
Agar bisa aku bisa tersenyum padamu
Dan berkata…………….
Aku telah berhasil kalahkan sang waktu
Aku telah berhasil menggapai cinta itu