Cerpen ; Gak Lagi Deh . . .!!!

Pagi itu, suasana SMP Bina Mulia mulai tampak ramai. Para siswa dan siswi mulai berdatangan melewati pintu gerbang sekolah. Tampak sebagian sedang asyik berceloteh ria bersama kawannya. Yang sebagian lagi berjalan malas-malasan berangkat sekolah.
“ Ririn” rupa-rupanya teriakan cempereng itu telah mengagetkan temannya.
Ririn berbalik, ia kaget setengah mati melihat tampilan sahabatnya
“ Gimana cantik gak, kalau aku pakai jilbab?” Tanya Sinta sambil berputar-putar seperti seorang peragawati.
“ Aku ikut senang, kalau kamu udah mau tutup aurat dengan memakai jilbab. Kamu udah mantap kan?
Dan siap menjalankan konsekuensinya?” Tanya Zahra mencoba meyakinkan pendirian sahabatnya
“ Emmmm, aku belum terlalu yakin.
Sebetulnya jujur nih aku pakai jilbab tuh buat ngedeketin Reza anak Rohis kakak kelas kita.” Jawab Sinta polos
“ Masya Allah, kamu tuh keterlaluan, jilbab tuh bukan sebuah alat untuk pdkt tahu?. Jangan buat main-main ah!.” Tegur Ririn menasehati.
Lha mbok kasih support sahabatnya biar sukses gitu.” ujar Sinta seenaknya
“ Udah ah, kayak gitu kok minta support aku. Kamu tuh dibilangin suka ngeyel. Yuk masuk aja bentar lagi bel. “ Ajak Ririn.
Di tengah pelajaran pun, omongan Sinta hanya Reza saja mulai dari yang baik , alim , cakep , dsb. Ririn hanya bisa menjadi pendengar setia dan sesekali menimpali ucapan Sinta.
“Sinta, Ririn tolong Anda berdua kerjakan soal di papan tulis!. Teriak Pak Andi guru Fisika killler yang sedang mengajar mengagetkan mereka
“ Dari tadi, Anda berdua terus ngobrol seolah sudah bisa. Ayo kerjakan!. “ Perintah Pak Andi.
“ Mampus deh!.” Kata mereka berdua dalam hati. Mereka lemas dan saling menyalahkan.
Beberapa hari kemudian, Sinta meminta Ririn agar diajak ke pengajian anak-anak rohis di sekolah. Yang kebetulanRirin sering mengikutinya tiap hari Minggu . Ririn yang tahu maksud Sinta pun, tak bosan-bosannya menegur. Saat hari Minggu, ia menghampiri Sinta. Sesuai permintaan, Sinta mengajaknya ke pengajian, ia terperanjat.
“ Sis, beneran kamu mau ikut ke pengajian?. Kalau iya, jangan dandan menor kayak gitu ah. Kamu kan pakai jilbab,ini tuh bukan fashion show.” nasehat Ririn.
“ Ya, kamu tuh gak tahu aja, aku kan kayak gini biar diperhatiin Ibnu tahu?.” Jelas Sinta.
“ Yuk berangkat!” Ajaknya
“ Udah ah terserah kamu. Capek aku kasih tahu.” Ujarnya.
Esoknya di sela istirahat, Sinta bercerita“ Rin, tahu gak kemarin Reza ngobrol ama aku usai pengajian.” Lapor Sinta setengah girang
“ Emang kamu ama dia ngobrol apaan?” Tanya Ririn.
“ Banyak sih, soal agama gitu deh. Buat bosen juga sih. Eh, kemarin dia juga negur penampilan aku yang katanya kurang sesuai saat aku pakai jilbab.” Jawab Sinta.
“ Nah, bener kan apa kataku. Kamu kalau diberitahu gak mau dengerin.” Kata Ririn.
“ Iya deh aku yang salah” Maaf Sinta
Tiap hari ada saja cara-cara Sinta buat menarik perhatian Reza mulai sering datang ke pengajian lebih awal, mengajak Reza diskusi, sampai-sampai dibela-belain bawa kue khusus buat Reza setelah pengajian. Ririn hanya bisa tertegun melihat kelakuan sahabatnya
“ Ya, Allah sadarkan sahabatku. Bahwa yang dilakukannya salah. “ Doa Ririn dalam hati.
Sorenya, saat Sinta main ke rumah Ririn.”Rin, aku udah gak bisa tahan lagi nih buat nyataiin perasaanku sama Reza nih!.” Kata Sinta mengagetkan Ririn.
“Apa??, kamu tuh ya gak malu apa? Masak cewek nyatain diri duluan sama cowok!. Lagipula, aku yakin Reza tuh gak mau pacaran . Soalnya aku tahu dia tuh tipe orang yang memegang teguh agamanya .” Jelas Ririn.
“ Yahhhhhhhhh, Ririn jangan mematahkan semangatku donk!.” Kata Sinta hampir menangis
“Udah deh, saranku lupakan niatmu itu.” Saran Ririn.
Ia tahu akan sulit bagi sahabatnya untuk mendapatkan sebuah jawaban dari Reza. Karena ia tahu, sebetulnya Reza itu…

“Ah lupakan saja jangan sampai dia tahu. “ Ririn membatin
“ Gak, aku gak mau. Aku udah bulat mau nyatain perasaanku sama dia sore ini juga”, mantap Sinta.
Esok hari di sekolah, Ririn sudah tidak sabar menunggu kabar dari Sinta. Tak lama ia melihat Sinta di koridor sekolah, ia menyusulnya.
“ Gimana Sis kemarin?” Tanya Ririn mendesak
Sisca hanya tersenyum simpul. Di taman belakang sekolah, Ia menumpahkan air matanya di pundak Ririn.
“Rin, Ibnu menolakku .” Kata Sinta terisak. Ia menangis sesenggukan
“ Sin, jujur kalau saja kamu mau dengerin nasehatku.” kata Ririn.
“Mungkin kamu gak kayak gini”. Sinta menatap mata Zahra
“Maksud kamu?” Tanya Sinta heran
“Jujur, aku tahu banget siapa dia.
Kamu tahu, itu karena dia adalah saudara sepupuku.” Kata Ririn tertahan.
“ Haaaaaaaa, kenapa nggak dari dulu kamu cerita padaku?” Tanya Sinta hampir marah. “ Aku malu tahu.” marah Sinta.
“ Maafkan aku Sin bukannya aku bermaksud kayak gitu.” Jelas Ririn. Sinta kaget, rasa marah, malu, dan sedihnya bercampur.
“ Kamu jahat banget sih!.” Teriak Sinta. Ia pun berlari meninggalkan Ririn di bangku taman.
“Sinnnn, “ Kejar Zahra.
Terlambat, Sinta sudah menyetop angkot. Ririn menatap sedih melihat kepergian sahabatnya.
Malamnya, Ririn berusaha menelopon tetapi tidak dijawab, SMS dari Ririn juga tidak dibalas.
“ Duh, gimana nih biar Sinta ga marah ama aku?” Bingung Ririn. “Emmm, gimana kalau aku ke rumahnya setelah salat isya. Kan gak jauh-jauh amat tuh.” Kata Ririn dalam hati
“Sinta, ada Ririn tuh di bawah nungguin kamu.” Kata Ibu Sinta sambil mengetuk pintu kamar Sinta.
“Ma, bilangin kalau aku gak ada .” Teriak Sinta sambil menutup wajahnya dengan bantal.

Pintu kamar dibuka, Ririn masuk.
“ Ngapain kamu datang?.” Sinta melengos.
“ Sin, maafkan aku. Aku merasa bersalah gak kasih tahu kamu.” Ririn mencoba menjelaskan.
Setelah beberapa saat, hati Sisca mulai melunak atas penjelasan-penjelasan yang diberikan Ririn.
“ Rin, maafkan aku juga ya. Mungkin ini teguran dari Allah karena aku pakai jilbab karena ada maksudnya.” Kata Sinta. Mereka berdua berpelukan
“ Jadi tetap pakai jilbab kan?” Tanya Ririn mencoba meyakinkan
“Ya, iyalah.” Kata Sinta. Lalu mereka tertawa bersamaan
Beberapa hari kemudian, Sinta mulai ceria lagi, tak ada raut muka sedih pada dirinya. Ia juga masih mengikuti pengajian. Tiba-tiba, saat mereka jajan di kantin Sinta menyeletuk.
“ Rin, tahu gak kemarin waktu pengajian aku lihat dari alumni Rohis yang datang, siapa namanya itu? , Ari ya itu?, ganteng banget tahu!.” Kata Sinta.
Ririn pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ampunnnnnnnnnn, gak lagi deh” Kata Ririn dalam hati.

0 komentar:

Posting Komentar